Langsung ke konten utama

The story of love

The story of Love
Eps. 1

Menatap punggungmu begitu jauh, aku tak mampu mencapai. Berkali-kali aku memanggil, kau tidak berbalik juga, aku berusaha menggapai, tapi tanganku tak sampai. Sampai saat itu aku terjatuh. Lututku berdarah, aku hanya meliriknya. Aku tau rasa dihati ku lebih sakit ketimbang luka ini.

Kau ingat? Dulu kau selalu berjalan disampingnya, kau dengan baik menggenggam tanganku agar aku tidak mudah jatuh. Terlalu banyak bekas luka dilutut ku ini. Iya itu dulu, tidak sekarang. Kau bahkan tidak sedikitpun membalikan badan hanya untuk melambaikan tangan saja, biar aku memohon dan memanggil parau.


"Semuanya Rp. 125.000".
Ia memberikan dua kantong kecil berisi penuh. Ada Logo Love didepannya.

Seseorang tampak mengocek sakunya. Mengambil tiga lembar kertas biru.
"Ini kak".

"Terimakasih".
Ini ciri khas yang amat disukai semuanya. Senyuman simpul dengan mata menyipit. Ada lesung dibawah matanya. Terkesan wanita imut nan manis.


#pukul 20:00

"Ka Arumi".

Mendengar namanya disebut ia segera berbalik. Disinilah waktu seakan berjalan lambat. Wajah cantiknya benar-benar terpancar. Bibir merahnya menyungging tipis, rambut ikal coklat pekat miliknya seakan dihembus angin. Terbang Riang kesana kemari.

Ia seketika terpesona, menatap kagum dan kaku. Benar-benar sempurna.

"Iya!!".

Ia terkejut, wanita bernama Arumi tengah menunggunya berbicara. Betapa malunya jika ia ketahuan lagi begini.

"Ah gue mau Anter orderan, tolong kunci motornya". Katanya gugup.

"Ini". Sebuah kunci kecil diletakan diatas meja. "Hati-hati".
Arumi segera berbalik, kembali fokus pada komputer dihadapannya.


Arumi Moerhark, Anak kedua dari keluarga Moerhark. Seorang pengusaha sukses di daerah X. Umurnya 23 Tahun, ia mengelola sebuah cafe minimalis dipertengahan kota. Kawasan ini universitas tepatnya. Semenjak SMA ia terbiasa pulang ke cafe ini. Bahkan terkadang menginap. Disana ada dua karyawan setianya, yakni Judo dan Harun. Serta tiga karyawan baru. Sofyan, Shinta dan Lilis.


"Malam ka Arumi".

"Oh malem, gimana kabarnya sehat?".

"Sehat ka".

"Mau pesen apa nih?".

"Milk shake coklat, stroberi, satu porsi sosis Jumbo dan.......".

"Oke, totalnya Rp. 175.000".
Pelanggannya mengeluarkan dua lembar kertas merah. "Kembali Rp. 25.000 yah, terimakasih, silakan tunggu sebentar Mas Aksen".

"Oke kali Arumi".

Aksen mulai duduk dengan dua temannya. Mereka asyik mengobrol kesana kemari, sampai salah satu temannya bertanya.

"Bro! Kok elu bisa kenal sama mbak Cafenya sih?".

"Oh iya dong, gue tuh dulu sering main kesini ya awalnya sih kak Arumi biasa aja, cuman karena wajah gue keliatan terus otomatis dia nanya tuh. Yaa akhirnya gue jadi kenal deh. Malahan punya kontaknya"

"Keren juga lu! Gue pikir elu cuman main cewek culun doang haha".

"Haha, eh tapi ngomong-ngomong dia jomblo atau ...??".
Tambah teman yang lain.

"Ohh dulu sih punya pacar, tapi udah putus. Dan eh tau engga siapa mantannya?".

"Siapa?".
Tanya kedua temennya kompak.

"Atlet Taekwondo di Ekstra Kampus".

"Serius??".

Aksen hanya mengangguk keras. Sementara kedua temennya merasa tidak percaya.

"Gila!!! Ka Kakashi si idola itu?".

"Iya!!!".


#Pukul 24:00

Hoamm.
Sebenarnya Arumi sudah cukup kantuk. Namun ia masih setia melayani pelanggan cafenya. Dalam waktu begini pengunjung akan semakin ramai. Karena bagi mereka semakin malam semakin menyenangkan. Biasanya sampai pukul 02:00 dini hari, cafe akan tutup. Dan dia akan segera tepar dengan segala mimpi yang tertunda. Dalam jam sekarang dua karyawan perempuannya sudah pulang lebih dulu, tersisa tiga karyawan laki-laki dan dirinya saja.

"Ka Arumi!! Kalo udah ngantuk tidur aja, biar gue gantiin".
Dia Sofyan, umurnya baru 20 tahun. Karyawan baru 6 bulan bekerja disini.

"Thank, gue masih kuat kok".
Jawabnya sedikit menguap.

"Yah udah, nanti kalo mau gantian panggil Sofyan aja yah ka".

"Ok".

Waktu terus berjalan. Pelanggan bergantian datang dan pergi, suasana disini memang masih ramai sampai fajar kembali terbit. Namun walau bagaimanapun tetap saja, keadaan malam lebih dekat untuk tindakan kriminal.
Tepat pukul 01:15 Dua laki-laki berjaket hitam datang memasuki cafe, awalanya mereka hanya melihat-lihat tempat ini. Mungkin mencari apakah ada cctv atau tidak?. Memang Arumi belum sempat memasang cctv. Karena baginya, apa yang dikhawatirkan? Toh tidak mungkin ada barang yang bisa dicuri pelanggan. Memangnya toko?.

Namun kedua laki-laki itu tidak duduk sama sekali, Arumi hanya menatap biasa. Ia tak merasakan akan ada sesuatu buruk. Sampai beberapa menit kemudian secara tidak sadar, tiba-tiba salah satu diantara mereka menodongkan senjata api padanya. Arumi sontak kaget. Ia paling takut dalam hal ini, atau intinya dia seorang penakut.
Sementara laki-laki lain membawa dua senjata api, menodongkan pada semua pengunjung cafe.

"Berdiri semua!!! Jangan ada yang gerak!!! Telpon diletakan semuanya!!! Jangan hubungi polisi!!!! Atau gue tembak kalian!!"
Ia meleset kan timah panas pada sebuah guci cafe. Membuatnya terpecah belah, lantas semua pengunjung merasa takut dan pasrah menurut.

"Serahkan semua duit lu!!".
Teriak penodong Arumi.

Arumi begitu kaku, ia ketakutan sampai takut bergerak.

"Cepat!!!!!".

Arumi hampir menangis, rasanya sangat takut. Ia tidak bisa berkutik. Sampai mencoba memanggil karyawannya.
"Judo!! Harun!! Sofyan!!!!".

"Diam!!! Ambil saja duitnya bego!".
Bentak penodong.

Merasa dipanggil ketiga karyawannya segera keluar dari dapur, mereka melihat kejadian sudah menegangkan.

"Hei!!! Turunkan senjatanya!!!".
Teriak Judo marah.

"Diam lu bang***".

Judo takut sesuatu buruk terjadi pada Arumi. Ia mencoba mendekati Arumi. Namun penodong semakin mendekatkan senjatanya pada leher Arumi.

"Jangan bergerak!!!".
Teriaknya lagi.

Judo segera berhenti. Ia melihat wajah Arumi begitu ketakutan. Rasanya emosi judo seakan ingin meledak. Ia tidak terima seseorang membuatnya dalam keadaan demikian setelah beberapa bulan lalu ia mengalaminya.

Sofyan dan Harun juga masih berdiri disana, mereka mencoba memikirkan cara bagaimana caranya meloloskan Arumi.

"Cepat ambil semua duitnya!!!!".
Pinta penodong lantang.


Bersambung, tunggu episode 2 nya ya. 😊


Komentar